A. Gejala Bahasa
No. | Gejala | Definisi | Contoh |
1 | Adaptasi | Penyesuaian bentuk berdasarkan kaidah fonologis, kaidah ortografis, atau kaidah morfologis | pajeg menjadi pajak voorloper menjadi pelopor fardhu menjadi perlu igreja menjadi gereja voorschot menjadi persekot coup d’etat menjadi kudeta postcard menjadi kartu pos mass production menjadi produksi massal |
2 | Analogi | Pembentukan kata berdasarkan contoh yang telah ada. | Berdasarkan kata ‘dewa-dewi’ dibentuk kata: putra-putri, siswa-siswi, saudara-saudari, pramugara-pramugari Berdasarkan kata ‘industrialisasi’ ibentuk kata: hutanisasi, Indonesianisasi Berdasarkan kata ‘pramugari’ dibentuk kata: pramuniaga, pramuwisata, ramuria, pramusaji, pramusiwi Berdasarkan kata ‘swadesi’ dibentuk kata: swadaya, swasembada, swakarya, swasta, swalayan Berdasarkan kata ‘tunanetra’ dibentuk kata: tunawicara, tunarungu, tunaaksara, tunawisma, tunakarya, tunasusila, tunabusana. |
No. | Gejala | Definisi | Contoh |
3 | Anaptiksis (Suara Bakti) | Penyisipan vokal e pepet untuk melancarkan ucapan | sloka menjadi seloka srigala menjadi serigala negri menjadi negeri ksatria menjadi kesatria |
4 | Asimilasi | Proses perubahan bentuk kata karena dua fonem berbeda disamakan atau dijadikan hampir sama. | in-moral menjadi immoral in-perfect menjadi imperfek al-salam menjadi asalam ad-similatio menjadi asimilasi in-relevan menjadi irelevan |
5 | Disimilasi | Kebalikan dari asimilasi, yaitu perubahan bentuk kata yang terjadi karena dua fonem yang sama dijadikan berbeda. | saj jana menjadi sarjana sayur-sayur menjadi sayur-mayur |
6 | Monoftongisasi | Perubahan bentuk kata yang terjadi karena perubahan diftong (vokal rangkap) menjadi monoftong (vokal tunggal) | autonomi menjadi otonomi autobtografi menjadi otobiografi satai menjadi sate gulai menjadi gule |
7 | Diftongisasi | Perubahan bentuk kata yang terjadi karena monoftong diubah menjadi diftong. Jadi kebalikan monoftongisasi. | sentosa menjadi sentausa cuke menjadi cukai pande menjadi pandai gawe menjadi gawai |
8 | Sandi (Persandian) | Perubahan bentuk kata yang terjadi karena peleburan dua buah vokal yang berdampingan, dengan akibat jumlah suku kata berkurang satu. | keratuan menjadi keraton kedatuan menjadi kedaton sajian menjadi sajen durian menjadi duren |
9 | Hiperkorek | Pembetulan bentuk kata yang sebenarnya sudah betul, sehingga hasilnya justru salah. | Sabtu menjadi Saptu jadwal menjadi jadual manajemen menjadi menejemen asas menjadi azas surga menjadi sorga Teladan menjadi tauladan izin menjadi ijin Jumat menjadi Jum’at kualifikasi menjadi kwalifikasi frekuensi menjadi frekwensi kuantitas menjadi kwantitas November menjadi Nopember |
10 | Kontaminasi (kerancuan) | Kekacauan karena dua pengertian yang berbeda, atau perpaduan dua buah struktur yang seharusnya tidak dipadukan. | berulang-ulang dan berkali-kali menjadi berulang-kali saudara-saudara dan saudara sekalian menjadi saudara-saudara sekalian musnah dan punah menjadi musnah |
11 | Metatesis | Pergeseran kedudukan fonem, atau perubahan bentuk kata karena dua fonem atau lebih dalam suatu kata bergeser tempatnya. | rontal menjadi lontar anteng menjadi tenang usap menjadi sapu palsu menjadi sulap keluk menjadi lekuk |
No. | Gejala | Definisi | Contoh |
12 | Protesis | Perubahan fonem di depan bentuk kata asal. | lang menjadi elang mak menjadi emak mas menjadi emas undur menjadi mundur stri menjadi istri arta menjadi harta alangan menjadi halangan sa menjadi esa atus menjadi ratus eram menjadi peram |
13 | Epentesis | Perubahan bentuk kata yang terjadi karena penyisipan fonem ke dalam kata asal | baya menjadi bahaya bhayankara menjadi bhayangkara gopala menjadi gembala jur menjadi jemur bhasa menjadi bahasa. |
14 | Paragog | Perubahan bentuk kata karena penambahan fonem di bagian akhir kata asal. | mama, bapa menjadi mamak dan bapak pen menjadi pena datu menjadi datuk hulu bala menjadi hulubalang boek menjadi buku abad menjadi abadi pati menjadi patih bank menjadi bangku gaja menjadi gajah conto menjadi contoh. |
15 | Aferesis | Penghilangan fonem di awal bentuk asal. | adhyaksa menjadi jaksa empunya menjadi punya sampuh menjadi ampuh wujud menjadi ujud bapak menjadi pak ibu menjadi bu. |
16 | Sinkop | Penghilangan fonem di tengah atau di dalam kata asal. | laghu menjadi lagu vidyadhari menjadi bidadari pelihara menjadi piara mangkin menjadi makin niyata menjadi nyata utpatti menjadi upeti. |
17 | Apokop | Penghilangan fonem di akhir bentuk kata asal. | sikut menjadi siku riang menjadi ria balik menjadi bali anugraha menjadi anugerah pelangit menjadi pelangi. |
18 | Kontraksi | Pemendekan atau penyingkatan suatu frasa menjadi kata baru. | tidak ada menjadi tiada kamu sekalian menjadi kalian kelam harian menjadi kemarin bagai itu menjadi begitu bagai ini menjadi begini. Akronim, seperti balita, siskamling, rudal, ampera, pada dasarnya termasuk gejala kontraksi. |
19 | Nasalisasi (penyengauan) | Penambahan bunyi sengau atau fonem nasal, yaim /m/, /n/, /ng/, den /ny/. | me baca menjadi membaca pe duduk menjadi penduduk pe garis menjadi penggaris. |
No. | Gejala | Definisi | Contoh |
20 | Palatalisasi | Penambahan fonem palatal /y/ pada suatu kata ketika kata ini dilafalkan. | pada kata ia, dia. pria, panitia, ksatria, bersedia, yang masing-masing dilafalkan /iya/, /priya/, /diya/. /panitiya/, dan /bersediya/. jadi palatalisasi muncul di antara vokal /i/ dan /a/ yang digunakan berdampingan. |
21 | Labialisasi | Penambahan fonem labial /w/ di antara vokal /u/ dan /a/ yang berdampingan pads sebuah kata. | pada kata uang, buang, ruang, juang, kualitas, dan lain-lain. Selain itu, labialisasi juga muncul di antara vokal /u/ dan/e/. atau /u/ dan /i/ seperti pada kata frekuensi dan kuitansi. Pada waktu kita lafalkan kata-kata itu, terasa sekali, bahwa di antara vokal-vokat tersebut timbul fonem labial /w/, misalnya uang kita lafalkan /uwang/, |
22 | Onomatope | Pembentukan kata berdasarkan tiruan bunyibunyi. | hura-hura dari hore-hore. aum (suara harimau) meong (suara kucing) embik (suara kambing) desis (suara ular) desah (suara napas) ketuk (bunyi pintu atau meja dipukul dengan jari atau palu) |
23 | Haplologi | Perubahan bentuk kata yang berupa penghilangan satu suku kata di tengahtengah kata. | samanantara menjadi sementara mahardhika menjadi merdeka budhidaya menjadi budaya |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar